Mengenal Bitcoin, Ethereum, dan Altcoin Lainnya

source image: chatgpt

Purwokerto, 2 Mei 2025

Cryptocurrency kini bukan sekadar tren, tapi sudah menjadi bagian penting dari dunia keuangan digital modern. Semakin banyak orang yang mulai berinvestasi atau menggunakan aset digital ini untuk transaksi, menyimpan nilai, atau sekadar mengikuti perkembangan teknologi. Namun, dengan ratusan bahkan ribuan jenis coin yang beredar di pasaran, wajar jika banyak pemula merasa bingung. Apa sebenarnya perbedaan antara Bitcoin, Ethereum, dan altcoin lainnya?

Untuk pemula, penting memahami tujuan berinvestasi. Apakah ingin jangka panjang, mencari potensi pertumbuhan cepat, atau hanya ikut tren? Lakukan riset, pelajari proyek di balik coin, dan pahami risikonya. Jangan asal ikut-ikutan. Dunia kripto menjanjikan, tapi tetap butuh pengetahuan dan strategi.

Apa Itu Cryptocurrency dan Mengapa Ada Banyak Jenisnya?

Cryptocurrency adalah mata uang digital yang dijamin oleh kriptografi dan berjalan di atas teknologi blockchain. Blockchain sendiri adalah sistem pencatatan terdesentralisasi yang membuat transaksi lebih transparan dan sulit dipalsukan. Tidak seperti uang biasa yang dikendalikan bank atau pemerintah, crypto memungkinkan transaksi langsung antar pengguna tanpa perantara.

Kenapa jenisnya banyak? Ada beberapa alasan utama:

  1. Inovasi teknologi
    Dunia kripto berkembang pesat. Proyek baru menawarkan pendekatan atau solusi teknis yang berbeda, seperti konsensus proof-of-stake untuk efisiensi energi atau interoperabilitas antar-blockchain. Setiap inovasi ini melahirkan coin baru. Setiap proyek kripto biasanya hadir dengan teknologi atau pendekatan baru. Misalnya, Ethereum muncul karena menawarkan fitur smart contract yang tidak dimiliki Bitcoin. Kemudian muncul proyek lain seperti Solana dan Cardano yang mengklaim memiliki kecepatan transaksi lebih tinggi atau sistem yang lebih efisien. Inovasi ini mendorong munculnya coin baru sebagai solusi atas keterbatasan coin sebelumnya.
  2. Kebutuhan khusus
    Tidak semua coin dibuat untuk fungsi umum seperti Bitcoin. Beberapa ditujukan untuk penggunaan spesifik, seperti token dalam game berbasis blockchain, NFT, atau sistem pembayaran internal di suatu platform. Ada yang fokus pada kecepatan transaksi (seperti Litecoin), keamanan dan privasi (seperti Monero atau Zcash), atau bahkan digunakan untuk ekosistem tertentu seperti NFT dan game (contohnya Axie Infinity atau Decentraland). Ini mencerminkan keragaman kebutuhan di dunia digital yang terus berkembang.
  3. Komunitas dan forking
    Banyak coin baru muncul dari proses “forking”, yaitu percabangan dari proyek yang sudah ada karena perbedaan visi atau arah pengembangan. Contohnya, Bitcoin Cash muncul dari perpecahan dalam komunitas Bitcoin mengenai cara mengatasi masalah skalabilitas. Setiap komunitas punya kekuatan untuk menciptakan coin baru yang sesuai dengan keyakinan mereka. Forking terjadi ketika komunitas pengembang atau pengguna memiliki perbedaan pandangan terhadap pengembangan coin. Proses ini menciptakan versi baru dari blockchain lama. Contoh populer adalah Bitcoin Cash yang muncul dari perpecahan komunitas Bitcoin soal kapasitas blok transaksi (Frankenfield, 2023).
  4. Imbal Hasil dan Investasi
    Tak bisa dimungkiri, banyak coin diciptakan sebagai peluang investasi. Developer merilis coin baru dengan harapan menarik investor, terutama jika coin tersebut punya fitur atau narasi menarik. Ini juga menjadi alasan kenapa pasar kripto sangat dinamis dan penuh spekulasi. Banyak coin baru dibuat sebagai sarana untuk menarik investor. Meski tidak semua memiliki nilai jangka panjang, daya tarik spekulasi dan potensi keuntungan besar membuat banyak orang tertarik. Ini juga menjelaskan mengapa pasar kripto sangat fluktuatif dan berisiko tinggi.

Bitcoin: Si Pelopor dan ‘Emas Digital’

Bitcoin adalah cryptocurrency pertama dan paling dikenal luas. Diperkenalkan pada 2009 oleh individu atau kelompok dengan nama samaran Satoshi Nakamoto, Bitcoin dirancang sebagai alat pembayaran digital yang tidak dikendalikan oleh lembaga keuangan atau pemerintah mana pun (Nakamoto, 2008). Tujuan utamanya adalah menjadi penyimpan nilai seperti emas digital, dan alat tukar yang aman serta terdesentralisasi.

Karakteristik utama Bitcoin:

  1. Desentralisasi
    Bitcoin tidak dikendalikan oleh satu entitas pun, seperti bank sentral atau pemerintah. Jaringan Bitcoin dijalankan oleh ribuan komputer (nodes) di seluruh dunia yang saling terhubung. Ini membuat sistemnya tahan sensor dan lebih sulit dimanipulasi.
  2. Jumlah Terbatas
    Total pasokan Bitcoin dibatasi hanya 21 juta coin. Tidak akan pernah ada Bitcoin lebih dari itu. Kelangkaan ini dirancang untuk meniru sifat emas dan menjadi penyimpan nilai jangka panjang. Setiap 210.000 blok, reward untuk penambang berkurang (halving), memperlambat laju penciptaan coin baru.
  3. Teknologi Blockchain
    Bitcoin menggunakan teknologi blockchain sebagai buku besar digital publik yang mencatat semua transaksi. Setiap transaksi disusun dalam blok, lalu dihubungkan satu sama lain secara kronologis. Ini memastikan transparansi dan integritas data.
  4. Anonimitas Pseudonim
    Meskipun transaksi Bitcoin bersifat publik, identitas pengguna tidak secara langsung tercantum. Pengguna hanya terlihat sebagai alamat wallet. Ini memberikan tingkat privasi, meski tidak sepenuhnya anonim seperti beberapa altcoin yang fokus pada privasi.
  5. Keamanan Tinggi
    Bitcoin diamankan oleh sistem konsensus Proof-of-Work (PoW), di mana penambang (miners) harus menyelesaikan teka-teki matematika kompleks untuk memvalidasi transaksi. Proses ini membutuhkan daya komputasi besar, tetapi membuat serangan terhadap jaringan sangat mahal dan sulit.
  6. Transparan dan Terbuka
    Semua transaksi Bitcoin dapat dilihat oleh siapa saja melalui blockchain explorer. Kode sumbernya juga bersifat open-source, artinya siapa pun dapat memeriksa, mengusulkan perubahan, atau membuat versi turunan (fork).
  7. Tanpa Perantara
    Transaksi Bitcoin dapat dilakukan dari pengguna ke pengguna lain (peer-to-peer) tanpa perlu melalui perantara seperti bank. Ini mengurangi biaya, mempercepat proses, dan memungkinkan pengiriman lintas negara tanpa batasan tradisional.
  8. Fluktuasi Harga Tinggi
    Harga Bitcoin sangat volatil. Nilainya bisa berubah drastis dalam waktu singkat. Ini membuatnya menarik bagi investor, tetapi juga berisiko tinggi, terutama bagi pemula atau pengguna yang berharap stabilitas.

Ethereum: Lebih Dari Sekadar Mata Uang

Ethereum muncul pada 2015 dan membawa konsep baru ke dunia blockchain. Selain berfungsi sebagai mata uang digital (Ether), Ethereum dirancang untuk mendukung smart contract adalah kontrak digital yang berjalan otomatis sesuai dengan aturan yang telah diprogram (Buterin, 2014). Ethereum, di sisi lain, lebih dari sekadar mata uang. Ia adalah platform blockchain yang memungkinkan pengembangan aplikasi terdesentralisasi (dApps) dan smart contracts adalah semacam perjanjian digital yang otomatis dijalankan tanpa pihak ketiga. Ether (ETH) adalah mata uang yang digunakan dalam jaringan Ethereum. Hal ini memungkinkan pengembangan aplikasi terdesentralisasi (dApps) di berbagai sektor, termasuk keuangan, logistik, hingga game. Ethereum mengubah blockchain dari sekadar sistem transaksi menjadi platform aplikasi terbuka.

Keunggulan Utama Ethereum

  1. Smart Contract (Kontrak Pintar)
    Ethereum memperkenalkan konsep smart contract, yaitu program otomatis yang berjalan di blockchain ketika kondisi tertentu terpenuhi. Kontrak ini memungkinkan transaksi dan perjanjian digital terjadi tanpa pihak ketiga, menjadikan sistem lebih efisien dan minim risiko manipulasi.
  2. Platform untuk Aplikasi Terdesentralisasi (dApps)
    Ethereum bukan hanya mata uang digital, tetapi juga platform untuk membangun aplikasi terdesentralisasi (dApps). Ribuan aplikasi blockchain, mulai dari keuangan (DeFi), game, hingga media sosial, dibangun di atas jaringan Ethereum. Ini menjadikan Ethereum tulang punggung inovasi di ruang Web3.
  3. Komunitas Pengembang yang Aktif
    Ethereum memiliki salah satu komunitas developer terbesar di dunia blockchain. Komunitas ini terus mengembangkan fitur baru, memperbaiki bug, dan menjaga keamanan jaringan. Dukungan komunitas yang kuat mendorong Ethereum tetap relevan dan progresif di tengah persaingan kripto.
  4. Interoperabilitas dan Dukungan Ekosistem
    Ethereum didukung oleh ekosistem yang luas—mulai dari dompet digital, bursa aset kripto, protokol DeFi, hingga NFT marketplace. Hal ini memudahkan pengguna dan pengembang untuk terlibat tanpa harus membangun dari nol. Proyek baru cenderung kompatibel dengan Ethereum karena standarnya sudah diadopsi luas (seperti token ERC-20 dan ERC-721).
  5. Transparan dan Open Source
    Seluruh kode Ethereum bersifat open source, artinya siapa pun bisa melihat, memeriksa, atau bahkan berkontribusi pada pengembangan. Transparansi ini membangun kepercayaan, baik dari pengguna maupun dari institusi yang mulai tertarik menggunakan teknologi blockchain.
  6. Transisi ke Proof-of-Stake (PoS)
    Dengan pembaruan Ethereum 2.0, jaringan Ethereum mulai beralih dari mekanisme Proof-of-Work ke Proof-of-Stake. Ini mengurangi konsumsi energi secara signifikan, meningkatkan skalabilitas, dan membuat jaringan lebih ramah lingkungan dibandingkan pendahulunya.
  7. Fleksibel dan Adaptif
    Ethereum dirancang sebagai platform umum yang fleksibel. Artinya, siapa pun dapat menciptakan logika bisnis atau sistem ekonomi baru di atasnya tanpa harus menciptakan blockchain sendiri. Fleksibilitas ini adalah alasan utama mengapa Ethereum tetap dominan meskipun banyak pesaing bermunculan.

Altcoin Lainnya: Ragam Tujuan dan Inovasi

Altcoin merupakan istilah untuk semua cryptocurrency selain Bitcoin. Jumlah dan ragamnya sangat luas. Beberapa altcoin muncul sebagai inovasi dari keterbatasan Bitcoin, seperti kecepatan transaksi, efisiensi energi, atau fitur privasi tambahan (Antonopoulos & Wood, 2018). Altcoin (alternative coins) mencakup semua mata uang kripto selain Bitcoin. Beberapa diciptakan dengan fitur unik atau keunggulan teknis tertentu, seperti kecepatan transaksi lebih tinggi, biaya lebih rendah, atau fokus pada privasi. Contohnya, Litecoin dikembangkan untuk transaksi lebih cepat, Monero menekankan anonimitas, sementara Solana dan Cardano bersaing di bidang efisiensi dan skalabilitas.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Sumber Pustaka

  1. Antonopoulos, A. M., & Wood, G. (2018). Mastering Ethereum: Building smart contracts and DApps. O’Reilly Media.
  2. Buterin, V. (2014). A next-generation smart contract and decentralized application platform. Ethereum Foundation. https://ethereum.org/en/whitepaper/
  3. Frankenfield, J. (2023). Altcoin Definition. Investopedia. https://www.investopedia.com/terms/a/altcoin.asp
  4. Nakamoto, S. (2008). Bitcoin: A peer-to-peer electronic cash system. https://bitcoin.org/bitcoin.pdf

Baca juga : Crypto 101: Memahami Dasar-Dasar Cryptocurrency

Penulis: Ahsan Maulana Rizqi | Editor: Tim IT Bisnis Digital | Foto: chatgpt

Related Post

Jl. D.I Panjaitan No. 128 Purwokerto 53147, Jawa Tengah – Indonesia

Telp

Email

: 0281-641629

Copyright ©2024 All Rights Reserved By Telkom University